Detektif dan Iblis
---
Bab 1: Pembunuhan yang Tak Terpecahkan
Detektif Nathaniel Graves dikenal karena pendekatannya yang dingin dan metodis dalam memecahkan kasus. Sebagai seorang penyelidik berpengalaman di kota kecil Ashford, dia sangat rasional dan tidak pernah terpengaruh oleh takhayul. Cerita hantu, kutukan, dan legenda hanyalah gangguan baginya—sebuah pengalihan dari kebenaran yang harus dia ungkap.
Pada suatu malam yang hujan, Graves dipanggil untuk menyelidiki sebuah pembunuhan. Korban, seorang wanita lokal bernama Clara Simmons, ditemukan di rumahnya, tubuhnya terpelintir dalam posisi yang tidak alami. Pemandangan yang mengerikan—darah tersebar di dinding, perabotan terbalik, dan simbol aneh yang terukir di dadanya. Tanda tersebut sangat berbeda dari tanda kriminal mana pun yang pernah dilihat Graves—simbol itu tampak terpelintir dan seolah-olah berdenyut dengan energi yang tidak wajar.
Responden pertama kebingungan. Tidak ada tanda pembobolan. Tidak ada jejak perjuangan. Rumah terkunci dari dalam. Namun, tubuh Clara menunjukkan tanda-tanda kematian yang kejam, matanya terbuka lebar, seolah-olah dia menyaksikan sesuatu yang jauh lebih mengerikan dari yang bisa dipahami oleh manusia.
Graves segera mengambil alih penyelidikan. Dia tidak percaya pada hantu, iblis, atau hal-hal supernatural. Semua hal pasti memiliki penjelasan rasional. Setiap tindakan, setiap kejahatan pasti ada alasannya, dan dia bertekad untuk menemukannya.
---
Bab 2: Petunjuk Pertama
Saat Graves memeriksa rumah Clara dengan teliti, sebuah benda menarik perhatiannya—sebuah kalung kecil yang rumit tergeletak di lantai dekat tubuh korban. Kalung tersebut memiliki desain aneh, seperti simbol, namun tampaknya tidak berasal dari budaya atau agama yang dikenal. Setelah diperiksa lebih lanjut, benda itu terasa dingin saat disentuh dan anehnya berat, seolah-olah terbuat dari bahan yang tidak biasa. Graves memasukkannya ke dalam kantong untuk diperiksa lebih lanjut.
Kemudian, dia melanjutkan pemeriksaan terhadap sisa rumah. Tidak ada tanda-tanda pembobolan, tidak ada sidik jari, tidak ada jejak yang bisa mengarah ke pembunuh. Ketika Graves berdiri di ruang tamu, dia merasakan sensasi dingin merayap di punggungnya. Itu bukan karena cuaca luar yang dingin, tetapi sesuatu yang lebih aneh—sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.
Graves mencoba mengabaikan perasaan tersebut. Mungkin korban dibunuh oleh seseorang yang dikenal, mungkin mantan kekasih atau rekan kerja. Tapi saat dia melangkah ke lorong, sebuah suara berbisik terdengar jelas di seluruh rumah.
Suara yang rendah dan lembut, namun tegas—seolah-olah mengucapkan namanya.
“Nathaniel...”
Jantungnya berdebar kencang, tapi dia berusaha mengabaikannya. Rumah ini sudah tua dan angin mulai bertiup kencang, mungkin itu hanya suara rumah yang berderak. Namun, suara itu terus mengganggu pikirannya, berputar-putar dalam kepalanya.
---
Bab 3: Penyidikan Mendalam
Beberapa hari berikutnya, Graves mulai menyelidiki kehidupan Clara Simmons. Dia berbicara dengan tetangga, teman, dan keluarganya. Kehidupan Clara tampak biasa—tidak ada musuh, tidak ada utang, tidak ada rahasia. Namun, saat Graves berbicara dengan sahabat Clara, Marissa, sebuah petunjuk baru muncul.
Marissa terlihat gugup, gelisah saat Graves menanyainya.
“Dia... berbeda,” kata Marissa dengan suara gemetar. “Setelah perceraian, Clara mulai bertingkah aneh. Dia bilang dia diikuti... bahwa sesuatu sedang mengawasinya.”
Graves mengernyit. “Apakah dia pernah bilang apa itu?”
Marissa ragu-ragu. “Dia menyebut... iblis.”
“Iblis?” Graves tertawa sinis, skeptisisme jelas terdengar. “Apakah kau bilang dia percaya pada omong kosong itu?”
Marissa menunduk, wajahnya pucat. “Awalnya aku tidak percaya. Tapi kemudian dia bilang tentang sebuah tanda, sebuah kutukan... bahwa itu akan datang untuknya jika dia tidak menghentikannya.”
Graves mengerutkan kening. “Apakah kamu menyarankan bahwa dia dibunuh oleh sebuah sekte? Bahwa ini semua adalah ritual yang terdistorsi?”
Marissa diam untuk sesaat, lalu menghela napas. “Aku tidak yakin. Tapi aku tahu satu hal: jika dia memiliki kalung itu, berarti dia adalah sasaran atau bagian dari sesuatu yang lebih buruk daripada yang kita pahami.”
Graves merasa tidak nyaman mendengar penuturan itu. Dia tidak percaya pada kutukan, iblis, atau hal-hal supernatural. Namun semakin banyak dia mendengar, semakin dia merasa cemas. Clara tampak sangat ketakutan beberapa hari sebelum kematiannya, namun ketakutan bisa membuat orang percaya pada hal-hal irasional. Pasti ada penjelasan rasional di balik semua ini.
---
Bab 4: Rahasia Kalung
Kembali di kantor, Graves memeriksa kalung itu dengan cermat menggunakan kaca pembesar. Simbol yang terukir di atasnya rumit, hampir memikat. Graves membawa kalung tersebut kepada seorang ahli simbol kuno, Dr. Evelyn White, seorang profesor antropologi. Dr. White memeriksanya dengan seksama dan ekspresinya berubah.
“Ini... bukan simbol biasa,” kata Dr. White, suaranya penuh keraguan. “Ini adalah sigil kuno. Simbol yang digunakan dalam praktik okultisme. Itu terhubung dengan sesuatu... sesuatu yang tua dan gelap.”
Graves mengangkat alis. “Okultisme? Iblis?”
Dr. White menggelengkan kepala. “Ini adalah simbol perlindungan, tetapi juga sigil pengikat. Bisa digunakan untuk menjebak jiwa, mengikatnya ke lokasi atau orang. Tapi yang ini...” Dia mendekat, matanya menyipit. “Ini adalah simbol dari sesuatu yang lebih gelap. Dikatakan digunakan untuk memanggil... sesuatu.”
Graves berdiri, semakin marah. “Apakah kamu mengatakan bahwa Clara dibunuh oleh sekte? Bahwa ini semua adalah ritual yang terdistorsi?”
Dr. White diam sejenak, lalu menghela napas. “Aku tidak yakin. Tapi aku tahu satu hal: jika dia memiliki kalung itu, berarti dia adalah bagian dari sesuatu yang jauh lebih buruk daripada yang kita pahami.”
Graves tidak ingin mempercayainya. Dia tidak percaya pada iblis atau hal-hal supernatural. Namun semakin dalam dia menggali, semakin terasa ada sesuatu yang aneh dalam kasus ini—sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan logika semata.
---
Bab 5: Pertemuan
Pada malam hari, setelah seharian penuh penyelidikan, Graves kembali ke apartemennya. Ia melemparkan jasnya ke kursi dan duduk kelelahan. Saat dia duduk di kursinya, tiba-tiba dia merasakan sensasi kuat sedang diawasi. Itu bukan karena cuaca dingin di luar, tetapi sesuatu yang lain—sesuatu yang hampir tak tampak, tapi sangat jelas terasa.
Dia menoleh, berharap melihat seseorang di sana. Tetapi tidak ada—hanya ruangan yang redup.
Kemudian, suara itu datang lagi.
“Nathaniel...”
Graves berputar, jantungnya berdebar cepat. Di sana, di pintu, berdiri sosok—tinggi, berbalut bayangan, dengan mata merah menyala di kegelapan.
“Siapa kamu?” Graves bertanya, suaranya tenang meskipun hatinya mulai gemetar.
Sosok itu tidak menjawab, ia melangkah lebih dekat. Graves merasakan hawa dingin yang menusuk tubuhnya.
“Aku sudah menunggu,” kata sosok itu, suaranya rendah dan terdistorsi. “Kamu sudah dekat... sangat dekat untuk memahami.”
Graves mundur, jantungnya semakin cepat. Ia selalu bangga dengan pikiran rasionalnya, tetapi di hadapan makhluk ini, rasionalitasnya mulai goyah. Ia meraih pistolnya, tetapi senjatanya hilang—otaknya menjadi kosong.
“Kenapa?” ia bertanya, suaranya bergetar. “Kenapa Clara? Kenapa aku?”
Sosok itu mendekat, mata merahnya membakar jiwanya. "Karena kamu yang akan memecahkan segel itu." Suara sosok itu tiba tiba berubah menjadi seribu orang di satu suara yang sama. "KAMU YANG AKAN PERCAYA....."
Bab 6: Kebenaran Terungkap
Keesokan paginya, Graves ditemukan pingsan di apartmenya, pikiranya terguncang oleh kejadian yang dialaminya. Entah itu hanya mimpi buruk atau sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang gelap.
Hari-hari berlalu, dan Graves mulai merangkai potongan-potongan penyelidikannya. Pembunuhan Clara Simmons, kalung aneh yang ditemukan di rumahnya, simbol kuno yang terukir padanya, dan pernyataan-pernyataan yang dia dengar tentang "sesuatu yang datang untuknya" semakin membingungkan. Namun, satu hal yang tidak bisa dia pungkiri: ada sesuatu yang sangat tidak biasa dalam kasus ini.
Beberapa malam setelah kejadian aneh di apartemennya, Graves kembali terbangun di tengah malam, merasakan hawa dingin yang sama yang pernah dia rasakan saat sosok misterius muncul di hadapannya. Kali ini, suara itu lebih jelas.
“Nathaniel... kamu tahu apa yang harus kamu lakukan.”
Dia merasa seolah-olah sesuatu yang lebih kuat dari sekadar pikiran rasionalnya sedang mengendalikannya. Pintu jendela apartemennya terbuka tanpa sebab yang jelas, dan dia mendengar bisikan lagi, lebih keras, lebih mendalam, seolah datang dari dalam kepalanya sendiri.
Graves meraba meja dengan tangan gemetar, mencari ponselnya. Saat ia menemukannya, layar menunjukkan satu pesan baru. Dengan napas yang tertahan, ia membuka pesan itu. Ternyata, itu bukan dari siapa pun yang dikenal.
“Segel itu akan terbuka malam ini. Kamu harus berhenti, Nathaniel, atau kamu akan menjadi bagian dari mereka. Clara tidak mati dengan sia-sia.”
Frustrasi dan bingung, Graves merasakan ketakutannya berkembang, meskipun ia berusaha keras untuk tidak membiarkan emosi menguasainya. Ia memutuskan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut ke tempat yang belum dia telusuri: tempat tinggal Clara—rumah tua yang sangat dekat dengan hutan gelap yang selalu terlihat seperti terlupakan oleh orang-orang di sekitar. Ada sesuatu yang aneh tentang rumah itu, sebuah kesan yang aneh, seperti rumah itu mengingatkan pada sesuatu yang lebih tua dan lebih jahat daripada sekadar sebuah rumah biasa.
---
Bab 7: Rumah di Hutan
Graves pergi ke rumah Clara di malam yang sama, dengan tekad untuk menyelesaikan penyelidikan. Begitu dia mendekati pintu rumah yang suram, rasa takut yang dia coba hilangkan dari pikirannya kembali menggerogotinya. Rumah itu terlihat sepi, tetapi entah mengapa dia merasa seperti sedang diawasi.
Dia masuk dengan hati-hati, menyalakan lampu senter dan melihat ke sekitar. Semua barang di dalam rumah tampak masih utuh, seperti belum ada yang tinggal di sana dalam waktu yang lama. Namun, ada sesuatu yang sangat aneh dengan atmosfer di dalamnya—sesuatu yang membuatnya merasa terjepit dalam kegelapan.
Di ruang tamu, dia melihat sesuatu yang menonjol—sebuah buku tua yang tergeletak di atas meja. Buku itu tampaknya usang, sampulnya berdebu dan terlupakan. Graves membuka buku itu, dan segera ditemukan halaman-halaman yang berisi simbol yang sama dengan yang ada di kalung Clara. Itu adalah teks kuno, hampir tidak terbaca, tetapi ada sesuatu yang menggetarkan di dalamnya. Sesuatu yang menjelaskan tentang sebuah kekuatan gelap yang mengikat jiwa ke dalam dunia ini, mengendalikan mereka hingga kehancuran mereka tercapai.
Graves merasakan hawa dingin yang semakin mencengkeram, dan tiba-tiba suara itu terdengar lagi, lebih dekat dari sebelumnya.
“Kamu sudah tahu, Nathaniel. Kamu akan menjadi bagian dari mereka.”
Dia menoleh, tetapi kali ini, dia tidak melihat sosok itu. Sebaliknya, bayangan gelap menyelubungi ruang tamu, perlahan mengaburkan pandangannya. Sesuatu bergerak di dalam kegelapan, menggerakkan objek-objek di sekitar rumah.
Graves berlari keluar dari rumah, panik. Di luar, langit gelap penuh dengan awan berat, dan udara terasa tebal, hampir seperti ingin menelan nya.
Namun, saat ia hendak berlari ke mobil, ia berhenti sejenak—di tengah hutan, di kejauhan, ia melihat sesuatu yang bergerak. Sekelompok orang, berdiri di lingkaran, mengenakan jubah hitam, menghadap ke arah rumah Clara.
Mereka berbisik dalam bahasa yang tidak dikenalnya, suara mereka seperti mantra yang mengalir dengan irama yang membuat tulang belakangnya menggigil.
---
Bab 8: Perang di Dalam Diri
Graves tahu bahwa dia telah menyentuh sesuatu yang lebih besar dari dirinya. Dia telah masuk ke dalam permainan yang lebih berbahaya dari sekadar kasus pembunuhan biasa. Tetapi saat dia berusaha untuk melawan, sesuatu yang lebih kuat menguasainya—suara yang menggelegar di kepalanya semakin tak tertahankan.
“Kamu tak bisa lari, Nathaniel. Kamu sudah dipilih.”
Dia terjatuh di tanah, terengah-engah. Keringat dingin membasahi wajahnya. Semua yang dia tahu, semua yang dia percayai, seolah-olah hancur dalam sekejap mata. Dan yang lebih menakutkan—dia bisa merasakan ada kekuatan lain yang mendekat, kekuatan yang sudah terlalu lama bersembunyi.
Dengan tubuh lemas dan berpikir setengah sadar, dia meraih kalung Clara yang dia temukan sebelumnya, dan tanpa sadar mengikatkan kalung itu di lehernya. Saat itu, dunia di sekitarnya berputar, dan langit di atasnya tampak seperti bergetar.
Dalam sekejap, Graves merasakan seluruh tubuhnya terjatuh ke dalam kegelapan.
---
Bab 9: Terkurung dalam Kegelapan
Saat Graves membuka matanya, dia tidak berada di tempat yang familiar. Sekelilingnya gelap gulita, hanya ada cahaya samar yang datang dari jauh. Di depannya berdiri sebuah pintu besar, hitam pekat, dihiasi dengan simbol yang sama seperti yang ada di kalung Clara. Lalu dia menyadari, ini adalah dunia yang berbeda—dunia yang terperangkap antara dimensi, dunia yang penuh dengan bisikan dan suara yang menggema.
Ketika dia melangkah ke depan, pintu itu terbuka dengan sendirinya. Di dalamnya, sosok yang sudah ia kenal muncul—tapi bukan Clara. Itu adalah wajahnya, wajahnya yang mirip, namun jauh lebih gelap, lebih menakutkan. Wajah yang tampak sudah lama mati, terjerat dalam kegelapan abadi.
Dan dalam bisikan yang datang dari mulut sosok itu, Graves mendengar kata-kata terakhir yang membekukan jantungnya:
"Kamu adalah bagian dari kami sekarang. Selamat datang."
---
Bab 10: Akhir atau Awal Baru?
Apakah itu akhir bagi Nathaniel Graves? Ataukah dia hanya akan menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dan lebih gelap dari apa yang pernah dibayangkannya? Pintu yang terbuka, simbol yang terukir, kalung yang mengikat—semua membawa pada satu kebenaran yang tak bisa dihindari.
Sosok di dalam kegelapan telah menunggu. Dan sekarang, Graves telah menjadi bagian dari permainan yang lebih luas—sebuah dunia yang tidak bisa dia hindari, dunia yang lebih gelap dari sekadar iblis.
Namun, satu hal yang pasti: dunia itu bukanlah tempat yang bisa dijelaskan dengan logika. Dan kadang-kadang, meski kita tidak ingin percaya, kekuatan supernatural bisa mengubah segalanya.
Apakah Nathaniel Graves akan kembali ke dunia nyata? Atau akankah dia terjebak selamanya dalam kegelapan yang tidak bisa dijelaskan? Mungkin, ini bukanlah akhir yang pasti—melainkan hanya awal dari perjalanan yang lebih mengerikan lagi.
Comments
Post a Comment